Saturday, May 6, 2017

DVT

Copas Penting dr Al Bachri Husin
Bahan bacaan tuk mas Rusdi n para frequent flyers

PENERBANGAN  JARAK JAUH, TAKUT DVT
(deep vein thrombophlebitis)
Dr Zubairi yth, Assl wr wb
Bulan depan saya mendapat tugas mengikuti kongres di Vancouver,  Kanada. Tentu saya senang sekali mendapat kesempatan bepergian ke luar negeri. Namun setelah saya pelajari rute penerbangannya saya menjadi kuatir. Dari Jakarta ke Jepang atau HongKong atau ke Amerika dulu, baru kemudian ke Vancouver, sungguh jauh dan makan waktu lama. Sebetulnya yang saya kuatirkan adalah kemungkinan mendapat penyakit perjalanan jauh, yaitu bekuan di pembuluh darah balik tungkai. 

Saya baru membaca sebuah artikel tentang bahaya DVT yang terjadi setelah penerbangan 8 jam. Padahal perjalanan yang akan saya tempuh sekitar 3 kalinya. Dok, sebenarnya apakah DVT itu? Apa benar sering dijumpai pada penumpang penerbangan jarak jauh? Seberapa besar kemungkinannya? Apakah gejala DVT? Apakah sudah ada obatnya? Savitri, Jakarta


Sdr Savitri yang baik, Wa alaikum salam wr wb,

Di dalam betis kita, ada pembuluh darah arteri dan pembuluh darah vena. Bila terjadi bekuan didalam pembuluh darah vena betis, dinamakan ada thrombosis vena; bila kejadian thrombosis di dalam pembuluh darah balik yang letaknya ada di bagian dalam betis, bukan di permukaan atau di kulit, kita namakan ada thrombosis vena, dalam atau thrombophlebitis bila disertai peradangan vena (Deep Vein Thrombophlebitis = DVT).

Bekuan di dalam pembuluh darah vena tersebut dapat pecah, lepas “terbang” ikut di peredaran darah untuk kemudian menyumbat di pembuluh darah yang lebih kecil. Proses ini dinamakan emboli. Emboli dapat terjadi di paru atau di otak atau pembuluh darah organ tubuh yang lain, menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa pasien. Jadi, DVT perlu dianggap masalah yang serius.

Pada penumpang penerbangan jarak jauh, lebih 4 jam, risiko timbul DVT meningkat 2 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak melakukan penerbangan. DVT dapat timbul sampai 7 hari sesudah penerbangan, bahkan sampai 1 bulan kemudian. Sebuah penelitian kohor melaporkan kejadian DVT sebesar 0.3% kejadian DVT pada 2.499 orang pilot pesawat terbang.

Walaupun angka kejadiannya tidak terlalu sering, namun perlu diwaspadai, karena dapat menimbulkan komplikasi yang serius, lagipula DVT akibat penerbangan yang lama, dapat dicegah.

Adapun gejala DVT antara lain betis terasa nyeri, lebih terasa lagi sewaktu berjalan, bengkak dan kalau diraba terasa panas. Gejala gejala tersebut dapat juga disebabkan oleh penyakit lain, misalnya infeksi (selulitis). Dokter akan menentukan apakah benar DVT, seringkali diperlukan pemeriksaan penunjang, antara lain dengan ultrasonogram Doppler.

Upaya pencegahan yang perlu dilakukan antara lain banyak minum selama di pesawat terbang dan sesudahnya. Berjalan-jalan di pesawat terbang setiap 2 jam bermanfaat mengurangi risiko DVT, pilihlah tempat duduk yang mudah keluar masuk, di “isle”, hindari dekat jendela atau tempat duduk yang diapit 2 penumpang; cari yg mudah ke toilet atau mudah berjalan-jalan. 

Hampir di setiap majalah penerbangan ada tulisan tentang tips mencegah DVT, ikutilah petunjuk disitu. Selain itu pilih pakaian yang longgar jangan yang sempit atau pas. Baik juga kalau memakai kaos kaki, stoking yang khusus di disain untuk mencegah DVT.

Bila mbak Savitri mempunyai risiko DVT, misalnya obesitas (amat sangat gemuk), kanker, pernah DVT sebelumnya, sedang minum pil KB,  atau baru menjalani operasi ada baiknya konsultasi dokter, mungkin akan dinasehatkan minum aspirin atau obat yang lain. Kadang dokter menyuntik heparin molekul rendah sebelum mulai penerbangan. 

Selama anda menjalankan tips diatas, jangan kuatir terjadi DVT, selamat mengikuti kongres. Mengenai pengobatan DVT, saat ini sudah ada obatnya dan banyak pilihan pengobatan, hanya kadang diperlukan rawat inap pada awal pengobatan.             
         
dr Bambang Suratmo : Minum Cardio aspirin 100 mg rutin setiap hari .šŸ‘